Yup, itu adalah tema yang diangkat pada waktu talkshow di auditorium UK Petra Surabaya Sabtu (1/12). Acara ini adalah salah satu bentuk andil dari mahasiswa UK Petra dalam menyikapi isu pemanasan global yang sedang marak akhir-akhir ini. Acara ini diadakan bekerjasama dengan Departemen Mata kuliah Umum (DMU) UK Petra. Tujuan dari acara ini adalah membangun awareness pada seluruh mahasiswa terhadap lingkungan sekitar. Selain kesadaran, acara ini juga ingin menekankan pada para mahasiswa bahwa mereka harus peka terhadap keadaan lingkungan saat ini.
Bumi kita saat ini sedang menghadapi permasalahan lingkungan yang sangat serius. Disadari maupun tidak, bencana sering muncul akhir-akhir ini, mulai dari banjir maupun terpaan tornado. Ini adalah sebuah pertanda hilangnya keseimbangan alam di planet bumi kita. Kemudian bagaimanakah sikap kita melihat kenyataan ini? Do nothing or do something? Tentunya itu semua bergantung pada diri kita masing-masing. Namun, tentu sangat diharapkan kita bisa memiliki peranan dalam menyelamatkan bumi ini. Mungkin terdengar agak berlebihan, tetapi kita bisa melakukannya. Jika kamu tidak bisa memulai dengan hal yang besar maka hal-hal kecil dan sepele akan lebih menolong daripada tidak bertindak apapun. Kamu mungkin tidak dapat menciptakan sebuah sistem pembuangan limbah yang baik, namun kamu bisa mengurangi jumlah penggunaan tissue, kertas, maupun plastik yang kamu gunakan sendiri. Bukankah hal ini jauh lebih mudah daripada berpikir suatu tindakan yang luar biasa dan bombastis?
Kali ini kita harus benar-benar memperhatikan setiap perubahan yang ada di lingkungan kita. Mengapa? Karena pencemaran telah terjadi dimana-mana dan semuanya sudah mulai kelewat batas. Mungkin secara tidak sadar kita telah ambil bagian sebagai seorang perusak lingkungan, misalnya saja dengan membuang sampah sembarangan, melakukan pemborosan seperti tissue atau kertas yang bahan dasarnya diambil dari serat pohon karena merasa telah membelinya sendiri, atau masih banyak tindakan lainnya yang sering kali tidak kita sadari.
Dalam talkshow kali ini yang menjadi pembicara adalah Drs. Ronny H. Mustamu, M.Mgt yang merupakan dosen dari fakultas ekonomi UK Petra, Drs. Arif Affandi selaku wakil walikota Surabaya, Ir. Daniel Rohi, M.Eng, S.C kepala departemen mata kuliah umum UK Petra, dan Gracia Paramitha yang pernah menjadi puteri lingkungan hidup 2002. Acara ini di moderatori oleh Ricky Nico Ronaldo Djo seorang mahasiswa dari jurusan ilmu komunikasi UK Petra.
Sebenarnya apakah isu pemanasan global itu sendiri?
Saat ditanya demikian Gracia mengatakan bahwa isu pemanasan global merupakan isu moral dan bukan isu politik maupun ekonomi. Ia mengatakan bahwa ia mengutip dari kalimat yang pernah diucapkan oleh Al Gore, seseorang yang pernah meraih nobel perdamaian. Berbeda dengan Ronny H. Mustamu, beliau mengatakan bahwa global warming merupakan isu komunikasi. "Mengapa komunikasi? Karena permasalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup selalu berkaitan dengan masalah komunikasi. Isu ini bukan merupakan isu pengetahuan ataupun sumber daya manusia," ujar Ronny yang juga mendapat penghargaan sebagai best lecturer ini. Sedangkan Arif Affandi justru menanyakan siapakah yang pertama kali membuat isu ini sendiri ada? Ia mengatakan bahwa Amerika dan Eropa adalah yang pertama kali melakukan industrialisasi di berbagai sektor sehingga memunculkan isu ini sendiri.
Terlepas dari siapa yang bersalah atas semua ini, marilah kita mulai membentuk sebuah pemikiran bahwa kita semua tinggal dalam satu rumah. Jika kita terus saling menyalahkan satu sama lain dan meminta pertanggungjawaban dari siapa yang kita anggap salah maka sebenarnya kita sedang tidak melakukan apapun. Seharusnya kita membentuk sebuah kesadaran bersama untuk menyelamatkan bumi yang kita tinggali saat ini. Mungkin kita bukanlah penyebab dari semua kekacauan yang terjadi saat ini, namun diakui atau tidak kita juga ikut ambil bagian sebagai penyebab semua ini. Jangan pernah menyalahkan negara pembuat motor kalau kita sendiri sangat bergantung pada benda ini. Mungkin kita menyalahkan lagi karena merekalah yang membuat kita menjadi bergantung pada benda penyumbang polusi nomor satu di Surabaya ini atau di daerah lain. Bila kita sampai menyatakan hal tersebut maka sebenarnya kita secara tidak langsung mengakui bahwa kitalah yang bodoh sehingga bisa diperdaya oleh mereka.
Untuk mengatasi hal ini nampaknya pemerintah sudah seharusnya menyiapkan sebuah skema yang terencana dengan matang untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Menurut saya, sedikit paksaan akan lebih efektif untuk bangsa ini. Paksaan semacam apa? Mungkin dengan menaikkan pajak kendaraan bermotor atau sertifikasi setiap kendaraan yang laik jalan baik itu kendaraan pengangkut massal maupun pribadi. Bisa juga dengan memberi pajak tambahan bagi kendaraan pribadi yang akan masuk dalam wilayah kota. Mungkin dengan hal ini orang akan berpikir berkali-kali untuk menggunakan kendaraan pribadi. Namun paksaan semacam ini hanya akan memperoleh kecaman jika pemerintah sendiri tidak memperbaiki sistem transportasi yang ada di Indonesia sendiri. Keamanan, kenyamanan, dan ketepatan waktu suatu kendaraan umum selalu menjadi pertimbangan setiap orang sebelum menggunakannya.
Faktor keamanan kerap kali dipertanyakan oleh banyak pengguna jasa angkutan umum. Banyak dari mereka yang kehilangan barang berharga saat berada di kendaraan umum. Perlu adanya sebuah tindakan tegas bagi setiap orang yang melakukan aksi kejahatan semacam ini. Dalam hal ini saya rasa lembaga perlindungan konsumen juga harus mulai benar-benar menjalankan tugasnya mulai dari menyadarkan masyarakat bahwa mereka memiliki hak-hak yang bisa dibela.
Masyarakat perlu diedukasi untuk permasalahan ini. Secara langsung hal ini akan memberikan kontribusi yang sangat besar pada lingkungan bila paradigma masyarakat dapat diubah. Tidak hanya alat transportasi saja yang perlu kita kritisi namun industri juga perlu kita kritisi. Walaupun dikatakan bukan yang utama pada saat ini, setidaknya industri juga memiliki berbagai macam limbah yang merusak lingkungan. Bukan hanya limbah, bisa juga karena bangunan yang tidak hemat energi.
Dalam masalah pencemaran lingkungan oleh industri sudah seharusnya pemerintah melakukan himbauan pada setiap industri yang ada untuk melakukan sertifikasi ISO:14001 atau memberikan apresiasi pada setiap industri yang berhasil mengurangi limbah buangannya. Ini bukan hal yang mustahil! Sungguh hal ini sangat mungkin dilakukan. Banyak contoh yang bisa kita temukan. Berdasarkan sumber harian Kompas, 1 Maret 2007, upaya konservasi lingkungan oleh pabrik bukanlah hal mustahil dan merugikan. Upaya konservasi lingkungan bukanlah sesuatu yang tidak menguntungkan dan buang-buang uang saja. Ada keuntungan yang jauh lebih besar dibalik semuanya. Perusahaan Sharp di Jepang, misalnya, sudah menjadikan upaya konservasi lingkungan sebagai bagian integral dari pengembangan perusahaannya. Keuntungan nyata yang mereka dapatkan adalah penghematan bahan baku akibat daur ulang. Selain itu dengan membangun pabrik hemat energi, mereka mampu menghemat biaya listrik yang harus dikeluarkan. Masih banyak contoh lainnya yang dapat kita temukan seperti Honda, Konica Minolta, dan masih banyak lagi.
Salut pada pemerintah Indonesia yang sudah mengambil langkah awal dalam menyelamatkan bumi dengan mengundang dunia internasional yang tergabung dalam PBB untuk menghadiri "Climate Change Conference" yang ke-13 di Bali, Indonesia pada tanggal 3-14 Desember 2007. Salut juga pada negara-negara yang mengirimkan perwakilannya pada konferensi kali ini. konferensi ini akan dihadiri oleh 189 negara di dunia dan sekitar 10.000 peserta akan memadati Bali International Convention Centre (BICC) berdasarkan data yang diperoleh dari kantor berita ANTARA. Ada beberapa agenda yang akan dibahas dalam pertemuan ini dan salah satunya adalah protokol Kyoto. Semoga dengan konferensi di Bali ini, seluruh negara memiliki langkah bersama untuk mulai mengatakan STOP GLOBAL WARMING FOR OUR FUTURE!!!
林文龙
2 comments:
saya sangat setuju
Admin@ Iwan:
thanks for your response. hope we can start a new pace to change this world.
Post a Comment