Monday, October 27, 2008

Mecha Samui Yo!

Duh sekarang di Jepang duingin ga karuan padahal baru awal musim gugur nih........ Daun-daun baru pada mulai ganti warna. Tapi duinginnnya sudah berhasil membuatku setengah hidup disini. Bayangkan di siang hari yang panas suhunya 20 derajat sedangkan klo malam suhunya bisa sampe 10 derajat. Klo udah malem sudah ga keluar dari kamar deh. Harus pake baju lapis 10 klo mau keluar (berlebihan banget -_-"). Yah pokoknya begitu deh.... gimana klo musim dingin ya???? Awawawawawa.............

Saturday, October 18, 2008

Osaka-Jo!


Ini adalah kali kedua aku ke Osaka-Jo atau bisa juga kita sebut Benteng Osaka. Perjalanan kesini pertama kali adalah ketika baru saja tiba di Jepang. Kokusai sentaa (international center)dari 桃山学院大学 (Momoyama Gakuin Daigaku) tempatku belajar disini mengadakan acara jalan-jalan bersama sebagai hadiah selamat datang di Jepang. Tapi waktu itu lagi hujan jadi kurang have fun disini. Maklum waktu dateng masih musim panas jadi hujan sering turun.

Nah sekarang aku main-main sendiri kesini sendiri sebagai salah satu tujuan tur seharian di Osaka (biar ga rugi beli one day pass ticket. hahahaha...). Nah cuaca cerah dan benteng terindah di Osaka ini tampak jauh lebih keren dengan sinar matahari yang menerpanya. Hahahahaha.....

Bayangkan betapa angkuh dan megahnya benteng ini berdiri walaupun sudah dua kali (rasanya...kalo ga salah sih) kalah saat digunakan untuk berperang alias berhasil diduduki musuh. Hmmmm......

One day pass ticket save my pocket^^


Nah, kalo kita berencana jalan-jalan berkeliling Osaka kita akan sangat memerlukan kartu ini. Dengan kartu ini kita dapat bepergian menggunakan kereta sebanyak apapun dalam sehari hanya dengan membayar sejumlah yang tercetak di kartu tersebut. Kebetulan kartu yang saya pakai hari ini untuk area Osaka jadi hanya berlaku di Osaka saja. Sistem kereta di Tokyo juga punya kartu sejenis ini tapi katanya lebih murah dari Osaka punya. Ketika keliling Osaka, kartu ini sanggup menghemat pengeluaran untuk kereta hingga 3000 yen lebih. Seru kan? hehehe....

Di Negeri Yang Kaya...Mereka Tetap Ada



Bagaimana imajinasi anda jika mendengar kata Jepang?


Biasanya kita berimajinasi kalau Jepang adalah negeri yang kaya, bersih, sangat berteknologi, dan semua penduduknya hidup dengan layak. Tapi benarkah seperti itu?


Ternyata tidak! Di negeri yang dianggap sangat kaya ini ternyata masih ada juga orang-orang yang tidak memiliki rumah. Biasanya kita menyebut mereka gelandangan. Tapi ada sesuatu yang unik terjadi disini. Gelandangan di Jepang jauh lebih punya harga diri ketimbang Indonesia (ini opini saya). Hah!? Kok bisa?
Walaupun tidak memiliki rumah ataupun kehidupan yang layak, mereka tidak pernah meminta atau mengemis pada orang-orang. Mereka lebih memilih untuk bekerja kasar daripada meminta-minta pada setiap orang. Mereka tidak ingin dikasihani! Kok tau? Ketika ada orang yang memberi mereka uang, mereka menolak seolah-olah tersinggung jika ada yang memberi mereka uang. Mereka tidak ingin dianggap tidak berguna menurut pemikiran saya.
Nah, gambar yang satu ini adalah tenda-tenda para homeless di Jepang. mereka banyak mendirikan tenda-tenda seperti ini di taman. Lokasi yang saya ambil ada di daerah Sakuranomiya. Sebuah tempat dimana bunga sakura banyak bermekaran ketika musim semi dan tempat dimana banyak orang akan merayakan hanami. Daerah ini adalah daerah dengan pemandangan sakura terindah di Jepang bukan hanya di Osaka. Jadi bayangkan ironi daerah ini ketika musim semi. Banyak orang berpesta dan di samping mereka banyak orang tidak memiliki rumah bahkan mungkin agak susah mendapat makanan.
Jadi mulai sekarang kita harus merubah pola pikir. Walaupun Jepang dibilang negeri yang sangat kaya, namun tetap saja tidak semua penduduknya sejahtera (walaupun bisa dibilang angkanya sangat kecil sekali).

Thursday, October 16, 2008

Piracy?!

Kata membajak dan barang bajakan terdengar sangat lazim di Indonesia. Kenapa kok orang Indonesia punya kebiasaan ini sih?
hmmm.....Menurutku, membajak itu tidak baik. Bukannya sok jadi orang baik nih. Tapi ketika aku di Jepang, aku susah sekali menemukan barang bajakan disini bahkan tidak pernah terlihat. Semua orang membeli yang asli. Alasan? Hmmm....boleh dibilang mereka sudah cukup mampu untuk membeli barang asli. Tapi benarkah seperti itu?
Sebenarnya, dengan membajak kita justru membunuh kreativitas yang kita atau bangsa kita miliki sendiri. Kenapa? Yah, tentu saja dengan terus mengkonsumsi barang bajakan kita tidak pernah menjadi orang yang berpikir bagaimana membuat sesuatu yang lebih baik dari yang dibuat oleh orang lain. Selain itu, dengan membajak kita juga belajar untuk tidak menghargai karya orang lain dan secara tidak sadar kita juga tidak pernah mau menciptakan sesuatu karena tahu pasti tidak akan ada yang menghargai. Nah, kalo diliat sebenarnya membajak ini justru merugikan kita sendiri bukan orang yang karyanya dibajak. Orang yang karyanya dibajak juga rugi tapi mereka masih punya kreativitas yang masih bisa dijual. Nah kalo orang yang mengkonsumsi barang bajakan gimana? Mereka cuma bisa terus mengkonsumsi tanpa pernah berpikir bagaimana membuat dan menghargai ide orang. Hal ini juga berarti mereka juga tidak menghargai ide mereka sendiri. Hmmmm...pusing ya?
Bila kita tidak pernah memulai untuk berhenti membajak maka kita tidak akan pernah bisa menghargai ide orang lain dan bahkan ide kita sendiri. Kenapa kok ide kita sendiri? Ya karena itu tadi, kita menjadi orang yang selalu berpikir "ah, ngapain mikir nantinya juga dibajak. Mendingan mbajak karya orang aja. Gampang". Nah kalo udah begini gimana kita bisa maju?

Wednesday, October 15, 2008

This is the real Danjiri Matsuri (Not practicing anymore)



Nah ini ketika Hari H festival Danjiri. Yang disebut Danjiri adalah benda yang ditarik oleh banyak orang ini. Yang ada diatas Danjiri adalah orang yang menjadi direktur. Dia yang mengatur kemana Danjiri ini harus diarahkan. Di dalam Danjiri ada orang yang bermain musik.


Nah lihat semangat mereka ketika mengikuti festival ini. Waktu festival ini digelar banyak orang membuka semacam stand makanan-makanan tradisional Jepang di jalanan dekat kuil setempat. Acara ini sangat meriah dan kali ini juga tidak ada korban jiwa ataupun kerusakan pada bangunan karena tertabrak Danjiri ini. Acara ini berlangsung seharian. Bahkan ketika aku pulang dari Nara pun masih ada orang yang menarik Danjiri. Tapi Danjiri ketika malam jauh lebih cantik karena banyak lampion bergelantungan di Danjiri yang ditarik.
Untuk menambah semangat ketika menarik Danjiri, mereka meneriakan yel-yel "Sooryaa!! Sooryaa!!". Pada hari ini semua orang sangat menikmati festival ini dari orang tua hingga anak-anak kecil. Negeri ini memang negeri yang tidak pernah kekurangan semangat untuk mengadakan festival. hahahahahahaha......
Nah ini ada juga video singkat ketika Danjiri waktu malam. Waktu malam semangat mereka sudah agak loyo si. Tapi masih tetap ada semangat kok buat menarik Danjiri sampai kuil lagi. Hahahahahaha......

Travelling to Nara City

Baru-baru ini aku jalan-jalan ke Nara. Nara adalah sebuah kota di Jepang yang terkenal dengan kuil dan kota kuno-nya. Nah karena terkenal dengan kuil dan bangunan-bangunan yang asli Jepang maka aku pergi melihat salah satu kuil yang terkenal di Osaka dan ada di Nara yaitu Toudai-ji atau kuil Toudai.
Di Todai-ji ini ada sebuah patung Budha raksasa. Menurut orang-orang, patung Budha ini adalah yang terbesar di Osaka. Nah ketika masuk kedalam kuil ini memang bisa langsung terlihat sebuah patung Budha yang sangat besar dan terbuat dari perunggu. Lokasi Todai-ji ini tidak terlalu jauh dari Nara Park dan hanya butuh jalan kaki beberapa menit dari Nara-eki (Nara Station). Tapi untuk pergi kesini dari kota Izumi kita butuh beberapa kali ganti kereta dan perjalanan yang ditempuh juga lumayan jauh. Untuk kesini dari Izumi-chuo, kita ambil senboku kosoku tetsuto/ senboku kosoku line ke arah Nakamozu-eki. Dari Nakamozu-eki kita ganti kereta dari semi-express train menjadi subway-train dan berhenti di Tennoji. Sesampainya di Tennoji kita harus ganti kereta lagi menggunakan JR Line menuju Nara-eki. Total perjalanan dari Izumi-chuo sampai Nara-eki lebih kurang 1,5jam.
Nah, selain patung Budha raksasa di Todai-ji kita juga bisa bertemu dengan banyak rusa di Nara Park. Kita bisa juga memberi makan dengan makanan khusus yang dijual dengan harga 500円. Setelah puas berkeliling di Todai-ji dan Nara Park kemudian kita pindah ke Yakushi-ji. Dari Nara Park kita harus naik bus selama lebih kurang 35 menit. Setelah turun dari bus, kita masih harus berjalan lagi untuk mencapai lokasi kuil Yakushi ini. Nah, sebelum tiba di Yakushi-ji sebenarnya ada 1 kuil yang juga kita lewati tapi aku tidak berkunjung ke kuil ini karena kurang terkenal dan juga tiket masuknya mahal T_T. Nah, karena tidak ada penjelasan dengan bahasa inggris sama sekali di kuil ini maka aku hanya datang untuk melihat-lihat saja dan tidak tahu apa yang terkenal di kuil ini tapi yang jelas banyak pelancong domestik yang pergi ke tempat ini.
Sebagai tambahan, kalau mau mengambil tur lokal bisa mendaftar di Nippon Travel yang ada di Central Exit Nara-eki. Nah jika perjalanan berkahir di Yakushi-ji, untuk kembali ke Izumi tidak perlu ke Nara-eki lagi. Kita tinggal berjalan sekitar 5 menit dari Yakushi-ji ke Nishinomiya station dan menggunakan Kintetsu tetsuto/Kintetsu line. Di pemberhentian kedua kita turun (kalau tidak salah sih... lupa nama stasiunnya. hahaha...) dan berganti kereta di jalur seberang untuk menuju ke Nanba-eki. Nah di Nanba kita bisa jalan-jalan dulu sebelum pulang. Jika mau pulang dari Nanba sudah sangat mudah. Kita cukup naik kereta Nankai di jalur 2 dan berhenti di stasiun terakhir yaitu Izumi-chuo.

Saturday, October 11, 2008

Danjiri Matsuri

Nah ini yang namanya Danjiri Matsuri. Danjiri artinya adalah kendaraan besar. Bisa dilihat kalau mereka menarik sebuah "kendaraan" yang sangat besar bersama-sama. Festival ini menurut orang Jepang adalah festival untuk berterimakasih pada kamisama atas berkah yang melimpah untuk panen mereka tahun ini. Namun yang dapat mengkuti festival ini hanyalah penduduk lokal. Misalnya, kalau acara ini diadakan di Kota Izumi maka hanya penduduk asli Izumi lah yang boleh ikut berpartisipasi dalam acara ini. Pendatang dari kota lain tidak bisa ikut berpartisipasi. Acara ini diadakan oleh kuil setempat. tidak hanya satu Danjiri saja, namun masih ada beberapa kelompok yang juga menarik Danjiri-nya. Jadi hal ini terlihat seperti semacam kompetisi. Dalam acara ini, tidak hanya remaja saja yang ikut berpartisipasi namun juga anak-anak kecil. Menurut orang-orang Jepang, mereka sangat bangga jika bisa berpartisipasi dalam acara ini. Sebagai tambahan, acara ini juga terkadang memakan korban jiwa namun tidak setiap tahun, terkadang juga merusak sejumlah bangunan karena Danjiri mereka menabrak bangunan tersebut. Nah, foto ini diambil ketika mereka sedang latihan dan rencananya mereka akan tampil besok Minggu (12/10).

Wednesday, October 8, 2008

Gimana ya kuliah kaya gini? Rame amat!

Pengalaman baru lagi di Jepang....
Kuliah dengan lebih dari 600 orang dalam satu ruangan, dosen single fighter (bayangkan bagaimana dia dapat mengendalikan kelasnya!? O_o"), tapi semuanya bisa berjalan dengan sangat lancar....(ini yang hebat! Semua orang bisa saling mengerti bahwa masih ada orang lain dalam ruangannya yang butuh mengikuti pelajaran jadi....ssstttt..... jangan berisik yach....)

(foto diambil ketika break kuliah)

Saturday, October 4, 2008

Tempat Untuk Semua


Perkuliahan selama di Jepang sudah berjalan satu minggu. Dalam seminggu ini tentunya aku bertemu dengan banyak orang yang merupakan mahasiswa reguler dari Universitas Momoyama. Sebelum masa perkuliahan dimulai ada satu hal yang terus membuatku bertanya-tanya yaitu ada banyak sekali lambang "For Handicapped". Nah aku berpikir, "Memangnya buat apa mereka membuat tempat khusus semacam itu?"
Akhirnya, setelah masa perkuliahan dimulai aku mulai menemukan jawabannya. Ternyata mahasiswa Momoyama tidak semuanya sehat secara fisik. Artinya, ada beberapa diantara mereka yang menyandang cacat dan harus menggunakan kursi roda. Untuk itu, universitas ini membuat tempat-tempat khusus bagi mereka seperti toilet dan elevator yang tentunya diprioritaskan bagi mereka yang cacat.
Seperti prinsip dalam jurnalistik, hanya satu bukan berarti tidak penting, hal ini juga berlaku disini. Walaupun mungkin hanya ada 1 atau 2 orang saja tetapi bukan berarti hal itu tidak penting. Hal tersebut sangat penting! Apa yang anda pikir ketika melihat hal semacam ini? Kalau saya merasa bahwa tidak semua orang cacat membutuhkan pendidikan khusus. Memang ada orang cacat yang membutuhkan pendidikan khusus di sekolah luar biasa (istilah di Indonesia) tetapi ada juga yang tidak membutuhkan pendidikan khusus semacam itu. Asal kita memberikan kesempatan bagi mereka, mereka bisa seperti layaknya manusia normal yang melakukan banyak aktivitas di kampus yang normal. Saya telah melihatnya sendiri. Ternyata mereka (handicapped person) bisa juga mengikuti pelajaran seperti mahasiswa biasa di kampus yang bagi kebanyakan orang sangat biasa. Memang, perlu diakui mereka membutuhkan beberapa bantuan seperti elevator untuk berpindah lantai karena tentunya mereka tidak mungkin menggunakan tangga. Toilet pun mereka juga butuh yang memilki pegangan supaya mereka bisa memindahkan badannya dari kursi roda. Selain itu, kebanyakan dari mereka tidak membutuhkan apapun. Mereka bisa "berjalan" sendiri walau dengan berbagai keterbatasan fisik mereka.
Hal ini mungkin bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran di Indonesia. kapan kita akan mulai menciptakan sebuah tempat dimana semua orang bisa belajar walaupun memiliki keterbatasan? Setelah membaca buku "No One's Perfect" karangan Hirotada Ototake, maka anda semua akan mengerti bahwa tidak semua orang cacat membutuhkan perlakuan yang berlebihan. Mereka juga ingin bisa menjadi senormal mungkin dengan yang lain. Bagaimana mereka bisa menjadi normal bila kita selalu memperlakukan mereka sebagai orang yang "tidak normal"? Saya merasa inilah yang menjadi akar permasalahan bagi orang cacat di Indonesia. Mereka kebanyakan tidak diperlakukan normal sehingga banyak dari mereka yang justru banyak memiliki potensi justru tidak bisa unjuk gigi. Ada beberapa dari mereka yang membutuhkan perlakuan khusus tetapi itu tidak semua. Coba bila kita menciptakan sebuah kampus dimana semua orang bisa belajar disitu. Pertama, tentu akan susah untuk memotivasi mereka, namun mereka harus terus didukung supaya berani menjadi seseorang yang normal. Sulit untuk pertama kali karena di Indonesia mereka tidak pernah dibiasakan untuk menjadi normal. Selain itu, kita juga harus menciptakan sebuah kebiasaan untuk tidak menganggap mereka sebagai, bisa dibilang penyakit. Ketika kita berpikir seperti itu, maka ketika kita berinteraksi dengan mereka yang muncul hanyalah pandangan sinis dan tidak senang. Padahal, mereka tidak berbuat sesuatu yang salah.
Satu hal yang pasti kita tahu, tidak semua orang memiliki fisik yang lengkap. Kita harus memikirkan mereka juga karena mereka juga manusia dan hidup bersama-sama dengan kita. Kita yang dibilang normal ini juga tidak boleh bertindak egois dengan menganggap dunia ini hanya milik orang-orang yang normal. Untuk itu, sudah saatnya juga kita juga memikirkan sesama kita. Harus ada gerakan dimana kita bisa menciptakan suatu free-barrier environment yang dapat memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk bergerak leluasa di negara kita. Akankah hal ini terwujud?
(Harapan saya tentunya kampus tempat saya belajar saat ini bisa menjadi pilot project untuk hal ini. Akan banyak sekali orang yang terbantu jika hal seperti ini dapat terwujud.)