Monday, April 7, 2008

The Four-Fingered Pianist



Buku ini berusaha mengisahkan kehidupan seorang gadis berkebangsaan Korea, Hee Ah Lee, yang memiliki kelainan fisik. Dia memiliki kelainan yang dalam istilah kedokteran disebut dengan istilah Lobster Claw Syndrome, yaitu kondisi dimana seseorang hanya memiliki dua buah jari pada masing-masing tangannya dan mirip seperti capit kepiting.


Lalu apa yang istimewa dari gadis ini?


Dengan kondisi fisik yang demikian, gadis ini mampu memainkan karya-karya musisi dunia dengan sangat piawai. Waktu menyalakan TV pertama kali dan terhubung dengan channel Metro TV (sambil masak mie instan. Hehehehe.....) ada sebuah permainan piano yang sangat luar biasa (belum liat waktu itu krn masih asik masak mie....). Lalu karena penasaran siapa si yang main akhirnya curi2 liat (untung mie nya baru dimasukin jadi ga perlu diurusin terus. Hahahahahaha....), nah pertama kali liat aku merasa belum menemukan ada yang istimewa. Yang istimewa waktu itu kulihat hanyalah seorang gadis kecil dan kukira ini adalah inti dari acara ini, ternyata salah! Setelah memperhatikan dengan seksama... WOW!!! Yang memainkan komposisi-komposisi musik tadi hanya memiliki empat jari tetapi permainan pianonya sungguh luar biasa. Jika tidak kuperhatikan acara ini pasti sampai akhir aku bakalan mengira yang main adalah anak kecil yang memiliki talenta dan kondisi fisiknya sempurna. Oya, dari tadi aku mengatakan kalo dia anak kecil, tapi sebenarnya tidak. Gadis ini juga tidak memiliki kaki sehingga terlihat pendek seperti anak kecil.


Nah yang lebih dahsyat lagi, dia bisa memainkan sebuah komposisi lagu yang boleh dibilang sangat susah karya salah seorang maestro musik yaitu Chopin. Yang dimainkan olehnya adalah komposisi berjudul Fantasié Impromptu. Sebuah lagu yang memiliki ritme sangat cepat dan rumit yang bahkan oleh orang berjari sepuluh pun pasti kesulitan juga dalam memainkannya tapi sekali lagi ada hal luar biasa di dunia ini, seorang gadis yang hanya memiliki empat jari sanggup memainkannya dengan sempurna. Waktu itu sungguh seperti sedang melihat sebuah keajaiban terjadi di depan mata. Karena tertarik pada konsernya, saat ke toko buku liat ada biografinya yang ditulis oleh Kurnia Effendi ya langsung dibeli. Dan ternyata kisahnya hingga bisa menjadi seorang Hee Ah yang sekarang sungguh tidak mudah. Harus diakui buku ini tidak bisa menggambarkan kehidupannya dengan detil, bagaimana pergumulan yang dihadapi oleh seorang Hee Ah. Boleh dibilang feel dari kisahnya kurang tersampaikan. Tapi sang penulis sudah berusaha untuk menggambarkan kisah seorang Hee Ah dengan lumayan bagus sehingga pembaca masih bisa merasakan perjuangan Hee Ah yang begitu keras. Mungkin kalo mau dibandingkan dengan catatan harian Kitou Aya masih kalah karena dia sendiri yang mencurahkan seluruh perasaannya. Tapi tanpa perlu membaca kisahnya kita bisa mengetahui perjuangan Hee Ah dari setiap dentingan senar piano yang ia mainkan, dari senyumnya saat menyapa penggemarnya, dan keceriaannya dalam setiap kekurangan yang ia miliki.


Mungkin apa yang ditulis dalam website-nya di http://www.heeah.com/ sangat benar. Hee Ah bukanlah pianis berjari empat, ia memiliki lebih dari empat jari, dan ia memainkan enam jarinya yang hilang melalui permainan pianonya yang sangat luar biasa.

0 comments: