Bila kita menonton televisi, hampir tak pernah kita dapat lepas dari tayangan kekerasan. Pada awalnya saya kurang yakin kalau sebuah tayangan di tv yang memperlihatkan kekerasan dapat benar-benar mempengaruhi pola tingkah laku dari anak-anak. Namun ketika saya melihatnya sendiri pada diri saudara saya yang masih kecil, sekitar umur 3 tahun, saya baru merasa benar-benar yakin kalau tayangan kekerasan sanggup merubah tingkah laku anak-anak.
Untuk anak umur segitu memang biasa jika nakal. Pada awalnya saya anggap biasa. Tetapi lama-kelamaan sikapnya menjadi keterlaluan dan seperti membangkang. Lalu saya mulai memperhatikan apa yang menjadi penyebab ia berubah seperti itu. Ternyata setiap sore ada sebuah acara tidak bermutu yang ditayangkan oleh Indosiar yang mana kekerasan dipertontonkan secara blak-blakan. Yang membuat saya lebih terkejut, ternyata saudara saya ini mengikuti film tersebut. Sewaktu saya mengatakan bahwa itu bukan tontonan yang tepat untuknya dan saya alihkan ke channel anak-anak, ia malah nangis. Ternyata selama ini dia meniru adegan kekerasan yang ada di film itu. Saya sangat menyayangkan hal ini dan saya sangat kecewa terhadap stasiun televisi Indosiar yang telah menyajikan menu kekerasan pada sore hari dimana anak kecil punya banyak kesempatan untuk melihat sajian tidak bermutu semacam ini. Untuk mencegah dia menonton hal semacam itu, saya memutuskan untuk mengunci channel tersebut. Saya sih tidak punya "dendam" apa-apa terhadap Indosiar, bukan menjelek-jelekkan, tetapi hal semacam ini hendaknya diperhatikan sebagai sebuah kritikan. Bukannya apa-apa ya, kalau tontonan seperti itu dikonsumsi setiap hari saya khawatir kalau dewasa ia menjadi pirbadi yang kasar dan menganggap memukul orang adalah hal yang wajar. Mungkin ini kebetulan saja Indosiar yang saya amati. Tetapi stasiun lain pun sepertinya tidak luput dari adegan kekerasan, saling bunuh, dan balas dendam. Apakah yang ditayangkan di televisi-televisi Indonesia ini memang merupakan sebuah gambaran yang terjadi di masyarakat kita? Walaupun hal tersebut memang benar terjadi, saya masih mengharapkan kalau hal tersebut tidak diangkat menjadi sebuah film ataupun sinetron. Hal-hal tersebut sungguh tidak memiliki mutu sama sekali. Nah kalau sudah begini saya jadi mempertanyakan kinerja lembaga sensor Indonesia, KPI, lembaga perlindungan konsumen, dan lembaga terkait lainnya. Bagaimana adegan kekerasan yang blak-blakan tersebut bisa muncul sangat banyak dan tidak pada jam yang tepat? Saya anggap sangat tidak tepat bila ada acara yang menampilkan kekerasan dihadirkan pada sore hari.
Sudah banyak kejadian buruk menimpa anak-anak negeri ini akibat tayangan televisi yang tidak sehat. Di era seperti saat ini, orang tua hampir tidak mampu mengkontrol tayangan apa yang dikonsumsi oleh anak-anaknya dan memberikan pendampingan karena banyak dari mereka harus bekerja, terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar. Kita tidak perlu saling menyalahkan, orang-orang yang bekerja di lembaga-lembaga terkait tadi pasti juga memiliki anak, seharusnya dalam bekerja mereka juga memikirkan bagaimana kalau hal semacam itu terjadi pada anaknya. Karena itu peraturan mengenai tayangan di televisi perlu diperketat kembali dan lembaga terkait sebaiknya melakukan sosialisasi dimana masyarakat bisa mengadu bila ditemukan ada stasiun televisi Indonesia yang bersikap tidak bertanggungjawab.
0 comments:
Post a Comment